Jadi Cowok Harus Berani Mengambil Keputusan Dan Menghadapi Konsekuensi

Jadi Cowok Harus Berani Mengambil Keputusan Dan Menghadapi Konsekuensi

Memang nasib cowok. Dari zaman ke zaman gender yang satu ini memang akan mendapatkan tugas sebagai orang yang harus mengambil keputusan dalam banyak hal. Bahkan, di zaman seperti now dimana emansipasi dan kesetaraan gender semakin merebak tetap saja seorang yang terlahir sebagai cowok akan sangat diharapkan untuk mampu menjadi pengambil keputusan.

Sulit ditemukan asal muasal mengapa masyarakat memberikan tugas ini kepada kaum cowok. Bisa jadi pola itu terbentuk di masa prasejarah dulu. Saat itu kehidupan tentunya lebih keras dibandingkan saat ini dan manusia lebih mengandalkan pada kekuatan fisiknya sendiri untuk bertahan hidup.

Bisa juga pola ini terbentuk karena meniru pola yang ada pada kehidupan binatang, dimana peran cowok adalah dominan. Jadi, umat manusia pun meniru pola yang sama.

Bagi kaum yang agamis, alasannya akan berbeda. Kaum ini akan menyebutkan bahwa itu sudah kodrat yang ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa.

Yang manapun latar belakang terbentuknya pemahaman seperti ini, kenyataannya sampai sekarang cowok akan selalu diharapkan dominan dalam hal pengambilan keputusan.

Hal itu berimbas lebih lanjut kepada kaum cowok. Jika mereka tidak bisa dan mau melakukannya dengan baik, maka mereka akan dicap sebagai lemah, tidak punya kemampuan, dan berbagai celetukan yang meremehkan lainnya. Semua ini terjadi karena masyarakat akan selalu mengharapkan cowok untuk berada di depan dalam segala hal.

Bukan sebuah hal yang mudah bagi kaum cowok untuk melakukan ini.

Sebagai manusia tetap saja ada rasa takut, baik takut berbuat salah, takut yang benar-benar takut, takut ini dan takut itu akan selalu mengiringi. Belum lagi mungkin hal itu juga akan memberikan kerugian bagi dirinya sendiri.

Sayangnya, para cowok harus bisa mengatasi ketakutannya sendiri dalam hal ini. Resiko itu harus diambil dan diterima karena resiko yang lebih besar akan timbul berupa kecaman atau julukan pengecut akan dilabelkan oleh masyarakat kepadanya.

Bukan berarti cewek tidak bisa mengambil keputusan. Pasti bisa, dan di zaman seperti sekarang sudah biasa. Hanya saja, masyarakat bersikap lebih lunak kepada kaum perempuan dalam hal ini dibandingkan kepada kaum laki-laki.

Kegagalan dari seorang cewek saat membuat keputusan, kemungkinan besar hanya ditimpali oleh masyarakat dengan celetukan "Ah, cewek. Pantes saja!". Kalau cowok yang begitu, umpatannya bisa lebih parah lagi "Dasar banci", "Dasar Pengecut", Dasar Bodoh, dan berbagai hal lainnya.

Ini sebuah fakta kehidupan karena dalam hal pengambilan keputusan, cowok akan selalu dituntut lebih berani dan diberikan beban lebih.

Jadi, kalau memang benar-benar mau menjadi cowok, sebaiknya memahami juga. Sejak keluar dari perut ibu, maka kaum cowok sudah diharapkan suatu waktu akan menjadi pengambil keputusan dalam banyak hal. Hal itu tidak terhindarkan.

Setidaknya sampai suatu waktu kaum cewek menjadi lebih dominan. Mungkin saat itu terjadi, celetukan masyarakat akan berubah. Selama belum berubah, yah kaum cowok harus terima saja nasib.