Published: September 27, 2016
Cowok juga tetap manusia. Di balik penampilannya yang keras dan kaku, pasti ada sisi dirinya yang mengharapkan hal itu terjadi. Perasaan itu normal saja karena setiap manusia ingin diperhatikan dan disayang.
Memang sih, budaya Timur yang dipakai di Indonesia seperti tidak membuka ruang untuk itu.
Cowok harus gagah perkasa. Kuat dan tabah dalam segala situasi. Harus tahan banting menghadapi cobaan dan tantangan.
Cowok seperti harus seperti itu kalau mau dianggap jantan atau macho. Meleset sedikit dari situ, maka berbagai julukan akan berhamburan. Banci lah. Anak mami lah. Tidak gentle lah. Dan seterusnya.
Tetapi, coba saja tanyakan para suami yang pulang dari bekerja. Apa yang paling mereka harapkan? Makanan hangat? Layanan bak hotel bintang lima?
Mayoritas cowok sebenarnya mengharapkan hal yang lebih sederhana. Senyum dan sapaan lembut dari sang istri. Anak yang datang untuk menyambut walau hanya sekedar mencium tangannya saja.Terkadang hal tersebut sudah menjadikan rasa lelah bekerja seharian hilang (meski tidak seratus persen). Kalau ditambah dengan segelas teh manis dan makanan ringan, tentunya akan lebih menyegarkan.
Hal-hal seperti ini menunjukkan bahwa ada sisi seorang cowok yang mengharapkan dirinya dimanja. Tentunya bukan dengan gaya cewek, tetapi mereka mengharapkan dirinya bisa bermanja pada orang-orang yang mereka sayangi.
Sayangnya, mayoritas cowok akan enggan untuk mengutarakan dan mengungkapkan hal itu secara blak-blakan. Mereka harus tetap menjaga image bahwa dirinya adalah seorang super dad atau super husband yang kuat dan tangguh. Mengungkapkan hal itu bisa "menjatuhkan" citra yang dituntut kepadanya, sesuatu yang sangat tidak dikehendakinya.
Untuk mengetahui kapan seorang cowok ingin dimanja, seorang cewek harus bisa melihat karakter dan kebiasaannya. Akan tetap ada sinyal-sinyal yang diberikan seorang cowok, meski sinyalnya akan sangat lemah dan tidak jelas dibandingkan sinyal ingin dimanja dari kaum cewek.
Kepekaan sangat diperlukan dalam hal ini.