Ketika Sahabat Menjadi Pacar


Bolehkah? Kata jargon-jargon atau petatah petitih sebaiknya sahabat tetaplah menjadi sahabat saja, jangan dirubah menjadi pacar. Alasannya karena biasanya ketiha sahabat menjadi pacar rentan merusak hubungan pertemanan yang sudah terjalin.

Bagaimana kalau kita tanyakan sejenak beberapa pertanyaan ini?

1. Apakah dengan tetap menjadi sahabat, maka sudah pasti pertemanan itu akan langgeng?
2. Apakah dengan merubah seorang sahabat menjadi calon pasangan kita sudah pasti pertemanan akan berakhir?

Jawabannya, BISA YA, BISA TIDAK.

Hubungan antar manusia selalu kompleks dan rumit, serumit manusianya itu sendiri. Tidak ada yang mudah kalau menyangkut manusia dan tidak ada yang pasti. Tidak bisa digeneralisasi bahwa kalau sesuatu terjadi pada seseorang, otomatis hal itu akan terjadi pada orang yang lain.

Semuanya akan tergantung banyak hal, situasi, dan kondisi. Tidak bisa sama dan tidak akan sama.

Hubungan antar manusia, baik sebagai "teman" atau sebagai "pacar" pun sama rumitnya. Masing-masing pihak akan harus menyesuaikan satu dengan yang lainnya, jika menginginkan hubungan tersebut langgeng dan berkelanjutan.

Perubahan seorang sahabat menjadi pacar pun demikian halnya. Hubungan jenis ini membutuhkan kerjasama dan kedewasaan antar kedua orang yang terlibat untuk berusaha menjadikannya berbuah manis bagi keduanya. Tentunya, jenjang suami istri adalah target berikutnya.

Justru, dengan menjadikan seorang sahabat menjadi seorang pacar, sebuah hubungan akan memiliki kesempatan lebih baik lagi untuk berhasil. Seorang sahabat tentunya paham dan mengerti tentang kebaikan dan keburukan kita. Dengan begitu, ketika mereka melangkah lebih jauh menjadi "pacar" ia tentunya bisa mengantisipasi dan mengatasi masalah yang timbul disesuaikan dengan karakter pasangannya.

Mereka tidak perlu berlama-lama untuk memahami tentang diri kita.

Lagi pula, ketika sudah pacaran dan (selanjutnya sudah menjadi suami istri) bukankah itu lebih baik lagi. Seorang istri/pacar akan memerankan beberapa posisi bagi suami (pacar)nya, begitu juga suami bagi istrinya. Salah satu hal tersebut adalah menjadi tempat berbagi dan berdiskusi, sesuatu yang pada dasarnya juga diperankan oleh seorang sahabat.

Lalu, apa masalahnya?

Perasaan takut akan kehilangan sahabat kalau sebuah hubungan percintaan berjalan buruk adalah tidak masuk di akal. Tanpa hubungan percintaan pun, seorang sahabat akan perlahan tapi pasti kehilangan kedudukannya. Mereka akan digantikan oleh peran suami atau istri yang pada akhirnya menjadi "sahabat" dan "teman hidup".

Resiko selalu ada. Tidak pernah tidak. Hanya kalau kita ingin mendapatkan sesuatu yang terbaik bagi hidup kita, jangan pernah abaikan kemungkinan merubah sahabat kita menjadi orang yang kita sayangi.